PARA “
aktivis” Internet Indonesia pada pertengahan November berbondong-bondong ke kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kalangan asosiasi,
blogger, pelaku industri teknologi informasi, dan pengamat sosial media diajak Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menemaninya berdiskusi via teleconference dengan bos situs berbagi video
Vimeo,
Kerry Trainor.
Vimeo adalah salah satu situs yang Mei lalu disemprit pendahulu Rudiantara, yakni Pak Tifatul Sembiring. Dalam teleconference, Trainor menginginkan situs pesaing
YouTube yang ia pimpin ini tidak lagi diblokir di Indonesia. Sedangkan Rudiantara meminta Vimeo memblokir video yang mengandung konten yang dilarang. “Mudah-mudahan bisa dikabulkan oleh mereka,” kata Rudiantara waktu itu seperti dikutip sejumlah media.
|
Cara mudah cari uang di internet |
Vimeo ingin kembali masuk Indonesia karena pasar Internet Indonesia sangat besar dan itu merupakan potensi pendapatan iklan yang luar biasa. Jumlah pengguna Internet di Indonesia sekitar 70 juta jiwa. “Pengguna Internet di Indonesia mencapai 30 persen dari jumlah penduduk sekitar 260 juta,” ujar Danny Oei Wirianto, Ketua Pengembangan Iklan Digital Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia. Mereka menjadi sumber pemasukan iklan yang besar. “Saat ini 60 persen iklan digital (untuk pasar Indonesia ada) di situs global dan 40 persen iklan digital di situs lokal,” ujar Italo Gani, CEO Adskom, perusahaan iklan digital.
Perusahaan Internet terbesar dunia yakni Google dan anak usahanya, YouTube menurut Danny, bisa meraup iklan sampai Rp 2 triliun dari Indonesia saja. Saat kita membuka YouTube, sering kali video baru muncul setelah ada film iklan terlebih dulu. Iklan ini menjadi pemasukan mereka. Posisi kedua ditempati Facebook dan Twitter. Danny memperkirakan omzet iklan digital mereka sekitar Rp 1 triliun setahun di negeri ini. Baru kemudian gabungan antara media sosial lokal dan media berita online dengan omzet sekitar Rp 500 miliar per tahun.
Dengan uang sebanyak itu yang bisa diraup, tidak mengherankan jika Indonesia menjadi pasar yang gemuk dan Vimeo ngotot ingin masuk kembali. Pasar ini terlalu besar untuk dilewatkan begitu saja. Situs global, seperti Google atau Facebook, mampu meraup iklan begitu besar karena, pertama, keduanya sangat populer di dunia, termasuk di Indonesia. Google adalah situs paling banyak dikunjungi di seluruh dunia dan Facebook nomor duanya.
Bukan itu saja, posisi situs global semakin kuat juga karena promosi gratis pejabat di Indonesia. Tidak hanya gratis tetapi merupakan
cara mudah untuk cari uang di internet. Contohnya Joko Widodo yang menjadikan
Facebook dan
Twitter sebagai media untuk menyampaikan program kerja saat kampanye. Bahkan para menteri juga memiliki akun Twitter masing-masing. Promosi juga dilakukan perusahaan penyedia jasa telekomunikasi seluler, yang menawarkan paket Internet dengan akses gratis ke situs seperti
Google,
YouTube,
Facebook, dan
Twitter.
Kekuatan ini masih ditambah infrastruktur pemasaran yang kuat. Mereka memiliki ribuan tenaga pemasaran dan, kata Danny, “Memiliki jaringan kerja sama dengan perusahaan iklan lokal.” Selain itu, ada kebiasaan warga Indonesia yang rajin mengakses Internet. Rata-rata netizen lokal menengok dunia maya sebanyak 109 menit via ponsel dan 26 menit dengan komputer per hari. Kondisi ini tentu menjadi lahan subur bagi situs media sosial maupun media berita online untuk mendulang rezeki lewat iklan digital. “Orang Indonesia paling suka ngeklik ads (iklan), jadi duitnya memang lumayan banyak,” kata Danny.
Tak mengherankan jika Google, Facebook, dan mulai tahun depan Twitter membuka kantor perwakilan di Indonesia. Situasi ini akan semakin memudahkan konsumen untuk memasang iklan digital di situs-situs tersebut. Apalagi perusahaan iklan mencari profit dan bergerak berdasarkan permintaan konsumen. “Jadi, karena melihat market-nya lebih banyak di Facebook dan klien maunya di Facebook, ya mau enggak mau mesti mereka (perusahaan iklan) layani,” kata Danny, yang juga pendiri situs MindTalk.com dan perusahaan iklan SemutApi Colony itu.
Yang jelas, kehadiran situs media sosial global maupun lokal telah mendorong perusahaan iklan untuk membuka divisi digital advertising. Italo Gani mengatakan mayoritas perusahaan iklan di Indonesia serius menggarap iklan digital karena memang telah terjadi perpindahan konsumsi iklan, dari pola konvensional seperti surat kabar, televisi, dan radio ke bentuk digital.
Perpindahan ini terjadi khususnya di kalangan pengguna Internet berusia muda. Selain itu, omzet yang dihasilkan dari bisnis biro iklan digital cukup menggiurkan. “Omzet per tahun Rp 20-100 miliar,” kata Italo. Karena itu, menurut Sekretaris Jenderal Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Sapto Anggoro, pemerintah perlu mendukung bisnis dengan tidak membuat aturan yang menyulitkan. Sehingga, investor yang menanamkan modalnya di sektor periklanan tidak lari meninggalkan Indonesia. “Industri digital ini kan belum mature, jadi jangan dikasih yang menyulitkan sehingga memancing lari ke luar negeri,” kata Sapto. Dikutip dari berbagai sumber.
Belum ada tanggapan untuk "Cara mudah cari uang di internet"
Post a Comment
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini. No Sara, No Racism